Photobucket

Sabtu, 05 November 2011

Manfaat Qurban

Secara etimologi, qurban atau kurban berarti mendekatkan diri. Secara terminologi kurban berarti berjuang secara benar atas dasar takwa dan sabar, baik harta, tenaga, maupun jiwa dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta memperoleh keridhaan-Nya.

Dalil-dalil qurban:

1. Firman Allah dalam surah al-Kauthar: "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah". Ayat ini boleh dijadikan dalil disunnahkannya qurban dengan asumsi bahwa ayat tersebut madaniyyah, karena ibadah qurban mulai diberlakukan setelah beliau hijrah ke Madinah.

2. Hadist riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik r.a.:"Rasulullah berqurban dengan dua ekor domba gemuk bertanduk, beliau menyembelihnya dengan tangan beliau dengan membaca bismillah dan takbir, beliau menginjakkan kakinya di paha domba".


Keutamaan qurban:

1. Dari Aisyah r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda:"Amal yang paling disukai Allah pada hari penyembelihan adalah mengalirkan darah hewan qurban, sesungguhnya hewan yang diqurbankan akan datang (dengan kebaikan untuk yang melakukan qurban) di hari kiamat kelak dengan tanduk-tanduknya, bulu dan tulang-tulangnya, sesunguhnya (pahala) dari darah hewan qurban telah datang dari Allah sebelum jatuh ke bumi, maka lakukanlah kebaikan ini". (H.R. Tirmidzi).

2. Hadist Ibnu Abbas Rasulullah bersabda:"Tiada sedekah uang yang lebih mulia dari yang dibelanjakan untuk qurban di hari raya Adha"(H.R. Dar Qutni).

Nilai-nilai kemanusiaan yang dapat dipetik:
1. Qurban mengajarkan kepada kita untuk bersikap dermawan, tidak rakus dan kikir.
2. Secara simbolis Qurban mendidik kita untuk membunuh sifat kebinatangan.
3. Qurban mengingatkan kita agar senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai, harkat dan martabat kemanusiaan.

Mari kita berqurban


Sumber:
http://www.jurnalhaji.com/2010/11/02/kesempurnaan-berqurban/
http://www.pesantrenvirtual.com/



Ibadah qurban mengandung dua esensi; spiritual-transendental dan sosial humanis. Sisi spiritual transendental merupakan konsekuensi wajar dari ketaatan dan kepatuhan hamba kepada Allah SWT untuk melaksanakan ibadah qurban yang diperintahkan. Sementara sisi sosial humanis tampak dari adanya pendistribusian hewan qurban kepada mereka yang berhak menerimanya.

Secara psikologis simbolis, berqurban melambangkan pembuangan sifat hewani pada diri manusia. Semisal sifat kejam, serakah, bengis, dan egois yang disimbolkan dengan tebusan penyembelihan hewan qurban. Penyembelihan ini dikiaskan sebagai bentuk ‘kerelaan’ hewan untuk diqurbankan oleh manusia demi menuruti kekuasaan yang dimiliki oleh manusia. Dengan pemaknaan ini, sisi spiritual transendental ibadah qurban akan ditransformasikan kepada manusia; sepatutnyalah sebagai hamba, manusia rela berqurban dan tunduk pada kekuasaan Tuhan (Allah SWT).

Refleksi sosial ibadah qurban bukan sekedar terletak pada pendistribusian daging qurban, tanpa mempertimbangkan aspek kebutuhan. Karenanya, formulasi pendistribusian daging qurban harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang dikategorikan sebagai pihak yang berhak menerima bagian qurban. Ini penting untuk diperhatikan agar efek dari qurban yang telah dilakukan dapat membumi. Sebagaimana paparan Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, makna sejati dari ibadah qurban adalah pendistribusian nilai-nilai humanis, tidak hanya pendistribusian daging.

Di tengah begitu banyaknya musibah yang menimpa saudara-saudara kita, sudah saatnya kita berpikir untuk mengoptimalkan manfaat daging qurban. Sebagaimana arahan Rasulullah agar ummat muslim tidak menghabiskan uddhiyyah dalam waktu 3 hari. Optimalisasi ini ditempuh agar daging qurban memiliki manfaat yang lebih lama dan dapat didistribusikan ke berbagai daerah yang paling membutuhkan. Salah satu tekniknya adalah dengan mengolah daging qurban menjadi kornet atau abon.

Optimalisasi ini sudah dipraktikkan oleh sejumlah lembaga pengelola qurban. Sayangnya, belum begitu populer di kalangan masyarakat. Dibutuhkan sosialisasi dan kerjasama yang lebih intens dari berbagai pihak. Kita tentu tidak ingin daging qurban hanya menumpuk di salah satu tempat, atau terdistribusi kepada orang-orang yang kehidupan sehari-harinya masih tercukupi dengan baik. Sementara di luar sana, ada saudara-saudara kita yang terancam mati kelaparan
>>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar